frommeto you

Jumat, 29 Mei 2015

PENDIDIKAN JASMANI REHABILITASI ADAPTIF

Kata pengantar

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan yang maha esa atas berkat yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. rehabilitsi adalah suatu upaya yang dilakukan dalam menangani anak berkebutuhan khusus agar mereka mamapu untuk mengoptimalkan diri dalam pembinaan diri. Semoga makalah ini dapat menumbuhkan minat kita unutk semakin berperan dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus dan bermanfaat bagi kami dan para calon guru pendidikan khusus.

Dalam makalah ini segala upaya telah kami lakukan dan kami meyadari banyak kekurangan dalam penyajian dan informasi yang kami berikan sehingga kami juga membutuhkan kritik dan ssaran agar makalah ini semakin berkembang dan berguna bagi kami sebagai calon guru pendidikan khusus.




Bandung, 26 April 2015
Penulis



Kelompok III



daftar isi


BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Setiap peserta didik berhak mendapatkan perlakuan yang sesuai bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki. Begitu juga pada peserta didik anak berkebutuhan khusus, mereka perlu mendapat layanan pendidikan dan rehabilitasi yang dibantu pihak Medik, Sosial, Pendidikan dan keterampilan yang terkoordinasi dalam upaya melatih kemampuan fungsionalnya setinggi mungkin.
Upaya untuk mendapatkan kemampuan-kemampuan yang dimaksud disebut rehabilitasi. Guru Pendidikan Luar Biasa yang professional tidak hanya dituntut dapat mengajar anak berkebutuhan khusus tetapi juga harus dapat melaksanakan program- program rehabilitasi.

1.2  Rumusan masalah

1.      Apa ,tujuan dan fungsi  rehabilitasi itu?
2.      Apa saja jenis-jenis dari rehabilitasi itu?
3.      Apa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi?
4.       Program apa saja yang ada didalam pelaksanaan rehabilitasi
5.      Siapa saja yang turut serta dalam pelaksanaan rehabilitasi

1.3  Tujuan

Dengan adanya makalah ini diharapkan kita, mahasiswa PLB pada khususnya dan seluruh guru pendidikan luar biasa pada umumnya dapat mengetahui pengertian rehabilitasi, jenis-jenis rehabilitasi, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi, program-program rehabilitasi, dan tenaga-tenaga yang ikut turut serta dalam pelaksaan rehabilitasi. Dan pada akhirnya dapat benar-benar menjadi guru yang professional yang mampu mencetak anak berkebutuhan khusus menjadi pribadi yang mandiri dan bermanfaat.

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  REHABILITASI

a. Pengertian rehabilitasi
Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat agar mereka cakap berbuat untuk memiliki seopyimal mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi. Rehabilitasi didefinisikan sebagai “satu program holistik dan terpadu atas intervensi-intervensi medis, fisik, psikososial, dan vokasional yang memberdayakan seorang (individu penyandang cacat) untuk meraih pencapaian pribadi kebermaknaan sosial, dan interaksi efektif yang fungsional dengan dunia. ( Banja, 1990:615 )
Menurut Soewito dalam (Sri Widati, 1984:5) menyatakan bahwa :
                Rehabilitasi penderita cacat merupakan segala daya upaya, baik dalam bidang kesehatan, sosial, kejiwaan, pendidikan, ekonomi, maupun bidang lain yang dikoordinir menjadi continous process ,dan yang bertujuan untuk memulihkan tenaga penderita cacat baik jasmaniah maupun rohaniah, untuk menduduki kembali tempat di masyarakat sebagai anggota penuh yang swasembada, produktif yang berguna bagi masyarakat dan negara.
Sifat kegiatan yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi adalah berupa bantuan, dengan pengertian setiap usaha rehabilitasi harus selalu berorientasi kepada pemberian kesempatan kepada peserta didik yang dibantu untuk mencoba melakukan dan memecahkan sendiri masalah-masalah yang disandangnya.
Arah tujuan rehabilitasi adalah refungsionalisasi dan pengembangan. Refungsionalisasi dimaksudkan bahwa rehabilitasi lebih diarahkan pada pengembalian fungsi dari peserta didik, sedangkan pengembangan diarahkan untuk menggali atau menemukan dan memanfaatkan kemampuan siswa yang masih ada serta potensi yang dimiliki untuk memenuhi fungsi diri dan fungsi sosial dimana ia berada.
b. Tujuan rehabilitasi
Dalam undang-undang Nomor 4 tahun 1997 dijelaskan bahwa rehabilitasi diarahkan untuk memfungsikan kembali dan mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai dengan bakat,kemampuan, pendidikan dan pengalaman. Tujuan utama rehabilitasi adalah membantu mencapai kemandirian optimal secara fisik, mental, sosial, vokasional dan ekonomi sesuai dengan kemampuannya. Jadi tujuan rehabilitasi adalah terwujudnya anak atau peserta didik berkelainan yang berguna.
Aspek berguna dapat mencakup self realization, human relationship, economic efficiency, dan civic responsibility. Artinya melalui kegiatan-kegiatan rehabilitasi peserta didik cacat diharapkan
a.       Dapat menyadari kelainannya dan dapat menguasai diri sedemikian rupa, sehingga tidak menggantungkan diri pada orang lain (self realization).
b.      Dapat bergaul dan bekerjasama dengan orang lain dalam kelompok, tahu akan perannya, dan dapat menyesuaikan diri dengan perannya di lingkungannya (human relationship).
c.       Mempunyai kemampuan dan keterampilan ekonomis produktif tertentu yang dapat menjamin kehidupannya kelak dibidang ekonomi (economic efficiency).
d.      Memiliki tanggungjawab dan mampu berpartisipasi terhadap lingkungan masyarakat (civic responsibility).
c. Fungsi rehabilitasi
Pada umumnya, rehabilitasi yang diberikan pada peserta didik berkelainan berfungsi untuk pencegahan, penyembuhan atau pemulihan dan pemeliharaan.
Fungsi pencegahan ,melalui program dan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi peserta didik dapat menghindari hal-hal yang dapat menambah kecacatan yang lebih berat/lebih parah. Misalnya melalui terapi ,penyebaran kecacatan dapat dicegah dan dibatasi.
Fungsi penyembuhan/pemulihan, melalui kegiatan rehabilitasi peserta didik dapat sembuh dari sakit, organ tubuh yang semula tidak kuat menjadi kuat, yang tadinya tidak berfungsi menjadi berfungsi, dsb. Dengan demikian fungsi penyembuhan dapat berarti pemulihan atau pengembalian atau penyegaran kembali.
Fungsi pemeliharaan/penjagaan, bagi peserta didik yang pernah memperoleh layanan rehabilitasi tertentu diharapkan kondisi medik, sosial, dan keterampilan organ gerak/keterampilan vokasional tertentu yang sudah dimiliki dapat tetap terpelihara/tetap terjadi melalui kegiatan-kegiatan rehabilitasi yang dilakukan.
Ditinjau dari bidang pelayanan, rehabilitasi memiliki fungsi medik, sosial dan keterampilan :
Fungsi medik, kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi medik memiliki fungsi untuk mencegah penyakit, menyembukan dan meningkatkan serta memelihara status kesehatan individu/peserta didik.
Fungsi sosial, peserta didik yang cacat pada umumnya memiliki masalah sosial, baik yang bersifat primer (misalnya : rendah diri, isolasi diri, dsb). Melalui upaya rehabilitasi dapat berfungsi memupuk kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
Fungsi keterampilan, melalui kegiatan rehabilitasi peserta didik akan memiliki dasar-dasar keterampilan kerja yang akan menjadi fondasi dalam memilih dan menekuni keterampilan profesi

2.2 JENIS-JENIS REHABILITASI

Rehabilitasi terdiri dari tiga jenis dimana satu sama lainnya berkaitan erat dalam menangani  suatu kasus
1.    Rehabilitasi Medis ( Medical Rehabilition )
     menurut M. Minn ( Ahmad Tohamuslim 1985:3 ) Rehabilitasi medis adalah lapangan specialisasi ilmu kedokteran baru, berhubungan dengan penanganan secara menyeluruh dari pasien yang mengalami gangguan fungsi/cedera, kehilangan fungsi/disability, yang berasal dari susunan otot-tulang, susunan otot syaraf, susunan jantung dan paru-paru, serta gangguan mental, sosial dan kekaryaan yang menyertai kelainan tersebut.
Tujuan rehabilitasi medis( Ahmad tohamuslim 1985:7 )Mempunyai tujuan yaitu:
·         Jangka pendek
Pasien segera keluar dari tempat tidur dapat berjalan tanpa atau dengan alat paling tidak mampu memelihara diri sendiri.
·         Jangka panjang
Pasien dapat hidup kembali ditengah masyarakat, paling tidak mampu memelihara diri sendiri, ideal dan dapat dan kembali kepada kegiyatan kehidupan semula paling tidak mendekatinya.
2.    Rehabilitasi Karya ( Vocational Rehabilitation )
          Organisasi perburuhan internasional rokamdasi nomor 99 tahun 1955 tentang rehabilitasi vocasional untuk penyandang cacat ( Depneker 1981:14 ), memberikan definisi sebagai berikut:
Istilah rehabilitasi vokasional berarti bagian dari suatu proses rehabilitasi secara berkesinambungan dan terkoordinasikan yang  menyangkut pengadaan pelayanan pelayanan dibidang jabatan seperti bimbingan jabatan, latihan kerja, penempatan yang selectif, adalah diadakan guna memungkinkan para penderita kebutuhan memperoleh kepastian dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Dari definisi tersebut maka kegiatan dalam rehabilitasi vocasional meliputi:
®    Pertama Kegiatan evaluasi, baik medis, personal, sosial maupun vocasional, dengan melalui berbagai teknik dan oleh para ahli yang berwewenang, dan menggunakan data dari berbagai sumber yang ada.
®     Kedua bimbingan vocasional, ialah membantu individu untuk mengenal dirinya, memahami dirinya, memahami dirinya dan menerima dirinya agar dapat menemukan atau memiliki pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keadaan yang sebenarnya.
Adapun pelayanan-pelayanan yang dapat diberikan dalam bimbingan-bimbingan  rehabilitasi vocasional seperti:
o   Bimbingan dan Konseling yang merupakan proses kontinu selama program keseluruhan diberikan.
o      Pelayanan pemulihan, pemugaran, fisik, mental, psikologis, dan emosional.
o     Pelayanan membaca, pelayanan oreintasi dan mobilitasi bagi tunanetra dan banyak lagi pelayanana n yang dapat diberikan dalam kegiatan bimbingan rehabilitasi vocasional ini.
o   Pelayanan kepada keluarga, karena hal ini perlu untuk pencapaian penyesuaian terhadap rehabilitasi  yang diberikan kepada penderita atau kelien
o   Pelayanan pemulihan, pemugara, fisik, mental, psikologis, dan emosional
o    Pelayanan penterjemah. interpreter untuk tunarungu
o   Sebelum latihan kerja ataupun memberikan bekal ketrampilan tenaga rehabilitasi, intruktur, bersama-sama dengan klien dan juga orangtua, wali, atau keluarga lain menyesuaikan program rehabilitasi atas tujuan vokasional.
®    Ketiga latihan kerja setelah dilakukan evaluasi dan pemberian informasi melalui bimbingan tentang dirinya dan lapangan pekerjaan yang sesuai untuknya.
®     Keempat penempatan kerja dan follow up setelah mendapat latihan kerja dan individu sudah memiliki ketrampilan bekerja, maka individu dibantu untuk mendapatkan tempat untuk bekerja baik sebagai karyawan pemerintah maupun sebagai karyawan perusahaan/swasta, Atau kembalikemasyarakat dengan berusahasendiri.
3.    Rehabilitasi Sosial ( Social Rehabilitation )
          Rehabilitasi Sosial merupakan bagian dari proses rehabilitasi penderita hambatan yang berusaha untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi semaksimal mungkin pengaruh negatif yang disebabkan kehambatannya, sehingga penderita dapat aktif dalam kehidupan dimasyarakat.
Tujuan rehabilitasi sosial adalah segala upaya untuk:
o   Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaarn serta tanggung jawab terhaap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan sosialnya.
o   Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
Untuk tercapainya tujuan tersebut, maka kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
·         Pencegahan
     Mencegah timbulnya masalah sosial penyandang cacat, baik masalah itu datang dari penyandang cacat itu sendiri, maupun masalah yang datang dari lingkungannya
·         Tahap rehabilitasi
Rehabilitasi diberikan melalui bimbingan sosial dan pembinaan mental, bimbingan ketrampilan.
·         Resosialisasi
Resosialisasi ini bertujuan untuk menyiapkan penyandang cacat agar mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat
·         Pembinaan tidak lanjut
Pembinaan tindak lanjut ini diberikan agar keberhasilan klien dalam proses rehabilitasi dan telah disalurkan dapat lebih dimantapkan, dari pembinaan tidak lanjut ini npula diketahui apakah klien dapat menyesuaikan diri dan dapat diterima di masyarakat.

2.3 PRINSIP - PRINSIP DASAR KEGIATAN REHABILITASI

Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak berkebutuhan khusus, diantaranya:
1.      Ditinjau dari tujuan rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah agar mereka mampu mengikuti pendidikan dengan baik, atau agar mereka mampu melaksanakan fungsi sosial secara     wajar dalam kehidu-pan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan rehabilitasi          tersebut, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi adalah:
a.      Prinsip menyeluruh
      Kegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyelu­ruh atau lengkap, baik pada aspek fisik, psikhis, sosial maupun ketrampilan (total care concept rehabilitation). Seorang anak yang mengalami amputasi, sedini mungkin ditangani bidang rehabilitasi medic tidak           terbatas ke-pada mempercepat penyembuhan luka-penguatan ptot, tetapi juga pembuatan kaki palsu, mempersiapkan mental agar yang bersangkutan menerima alat tersebut, melatih ketrampilan            sesuai dengan kemampuan yang ada, dsb.
b.     Prinsip pelayanan segera atau pelayanan dini
      Pelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini atau segera setelah diketahui kebutuhan rehabilitasi yang diperlukan masing-masing anak.
c.       Prinsip prioritas
     Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa sakit dapat mengganggu setiap aktivitas anak, maka kegiatan rehabilitasi medik bagi anak yang memerlukan, perlu didahulukan/mendahului kegiatan rehabilitasi yang lain. pada kasus-kasus tertentu yang memerlukan pelayanan segera, perlu memperoleh prioritas dalam rehabilitasi.
d.      Kegiatan berpusat pada anak
   Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan,          lebih banyak memberikan kesempatan kepada anak/peserta didik            untuk mencoba sendiri, memecahkan masalahnya sendiri serta melakukan latihan sendiri, sudah tentu setelah mereka memperoleh penjelasan secukupnya dari provider.
e.       Prinsip konsisten
   Setiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program yang telah disiapkan sebelumnya, dan dievaluasi  setiap kemajuan yang dicapai anak/peserta didik secara konsisten.
f.       Prinsip efektivitas dan penghargaan
  Memberikan pujian dan penghargaan atas keber­hasilan dan kemajuan kemampuan anak/peserta didik.
g.      Prinsip pentahapan.
   Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari kegiatan yang minimal (kecil, sederhana, mudah) sampai pada yang maksimal (luas, besar, sukar), baik yang berhubungan dengan bentuk, sifat maupun hasil yang diharapkan.
h.      Prinsip kesinambungan, berulang&terus menerus.
   Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal perlu dilakukan berkesinambungan, berulang-ulang, terus menerus. Jadi tidak berhenti sebelum terlihat hasilnya yang lebih baik, menjadi bertambah meningkat kemampuannya, menjadi berkurang kesulitan dan hambatannya, dsb.
i.        Prinsip terintegrasi
   Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan kegiatan proses belajar mengajar dalam suatu bidang studi tertentu, misalnya ketrampilan, olahraga, PMP, agama, kesenian, dsb.
2.      Ditinjau dari jenis dan macam kelainan 
a.       Orientasi pada pengembalian fungsi
  Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan berorien­tasi pada pengembalian fungsi. Setiap anak berkelainan memiliki dampak primer tertentu sesuai dengan jenis kecacatannya. Dampak primer tersebut sedapat mungkin dikembalikan fungsinya, dan jika tidak mungkin dialihkan pada fungsi organ tubuh yang lain/ketrampilan tertentu yang dapat menggantikan fungsi organ yang berkelainan. Misalnya: tunanetra, dampak primer tidak dapat melihat,    kegiatan rehabilitasi di bidang pendidikan dengan tulisan braille, peragaan dengan bendy yang dapat diraba, dsb. Anak tunadaksa jenis folio, dampak primer ambulasi terbatas, kegiatan rehabilitasi melatih penggunaan kursi roda, kruk, brace, dsb.
b.      Pinsip individualisasi
  Kegiatan rehabilitasi berorientasi pada ketidakmampuan dan kemampuan setiap anak/peserta didik. Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi diperlukan pendekatan individual.
c.       Orientasi pada jenis kecacatan dan kasus
   Ada kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara kelompok berdasarkan atas jenis kecacatan, macam kasus, tingkat kelas, kelompok usia, dsb. MisaInya: semua anak tunanetra memerlukan latihan orientasi dan mobilitas, semua anak tunarungu me­merlukan latihan komunikasi, semua anak tuna grahita dan tunadaksa memerlukan latihan ADL, dsb
3.      Ditinjau dari kemampuan pelaksana ( provider )
a.       Prinsip kerja tim
    Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang masing-masing bekerja sesuai dengan profesi dan kemampuannya. Kerjasama yang baik entar anggota tim rehabilitasi akan sangat menentukan keberhasilan program rehabilitasi.
b.      Prinsip kerja atas dasar profesi.
     Tidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi yang sama, itulah sebabnya bekerja atas dasar profesi akan lebih mampu mengurangi resiko kesalahan, di samping itu juga akan memperbesar efektivitas kerja. Sebelum kegiatan rehabilitasi dimulai, terlebih dahulu difahami batas-batas kewenangan masing-masing dan disusun pembagian togas secara tertulis atas dasar kesepakatan pihak-pihak yang tergabung dalam tim rehabiliasi yang ada di sekolah masing-masing.
  Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan tim rehabilitasi secara periodik perlu ditempuh di setup sekolah, demi kelancaran kegiatan rehabilitasi dan menghindari kesalahan dalam memberikan pelayanan rehabilitasi yang dapat menimbulkan parahnya permasalahan atau kecacatan yang disandang oleh anak/peserta didik yang memperoleh pelayanan.
Seluruh program rehabilitasi berada di bawah tanggung jawab ketua tim yang dibantu oleh tiga ahli di bidang medik, social psikologis dan ketrampilan. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh beberapa pelaksana rehabilitasi sesuai dengan kemamputan dan kewenangannya.
     Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para guru dan petugas rehabilitasi lainnya, agar anak segera terpecahkan perma­salahannya. Dalam hal ini perlu disertai administrasi seperlunya (buku rujukan).
4.      Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasi
a.      Prinsip integritas
  Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan secara ber-saina-sama, kecuali rehabi­litasi ketrampilan sebaiknya dilakukan setelah anak/peserta didik selesai mengikuti rehabilitasi medik dan sosial. Misalnya anak tunanetra untuk mengikuti latihan ketrampilan massage, sebaiknya setelah menguasai orientasi mobilitas, tidak sakit, dan setelah memiliki motivasi untuk bekerja bidang keahlian massage.
    Prinsip ini juga menggariskan bahwa pelaksanaan rehabilitasi juga dapat dilakukan bersama-sama saat penyafnpaian materi bidang studi tertentu di sekolah.
b.      Prinsip keluwesan tempat dan waktu
    Tempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan dimana saja dan kapan raja, terkecuali pada kasus-kasus tertentu. Misalnya operasi ortopedi harus dilakukan di rumah sakit.
c.       Prinsip kesederhanaan
      Sarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah didapat, murah harganya dan disesuaikan dengan kemampuan lembaga/sekolah, kecuali pada kasuss-kasus tertentu, seperti alat bantu untuk mendengar, alat bantu untuk melihat, prothese, dsb.
d.  Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakat 
    Artinya kegiatan rehabilitasi perlu menyertaka orangtua atau pembina asrama atau masyarakat, baik dalam melakukan pelatihan, pengawasan dan pembinaan anak, mengingat jumlah waktu anak kesehariannya lebih banyak di rumah atau diasrama.

2.4  PROGRAM-PROGRAM REHABILITASI

Program rehabilitasi disusun atau dibuat berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam suatu rehabilitasi. Dalam menyusun program yang tak boleh dilupakan adalah mengikut sertakan klien dan kluarga klien. Karena klien lah yang akan menjalankan rehabilitasi dank lien lah yang akan mengambil manfaat dari program rehabilitasi yang disusun dan direncanakan tersebut. Sehingga rehabilitasi yang bersifat pencegahan, pengembangan, dan perubahan-perubahan sosial yang terarah dan terencana dengan sasaran utama adalah potensi dan sumber-sumber kesejahteraan sosial serta keluarga dan lingkungan sosial.
Pada dasarnya program rehabilitasi adalah semua proses dalam kegiatan rehabilitasi yang saling berkaitan mulai dari kegiatan administrasi, ketenagaan, proses rehabilitasi dan penyaluran, kesemuanya diarahkan kepada untuk membantu klien dalam usaha mencapai kesejahteraan baik lahiriah maupun rohaniah yang setinggi-tingginya.
Program rehabilitasi itu sendiri antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Program Therapi Fisik
·         Kegiatannya:
a.  evaluasi kemampuan gerak seperti duduk merangkak, berdiri, berjalan menggerakkan anggota tubuh.
b. latihan : reedukasi motorik, berjalan, menggunakan alat-alat bantu seperti    menggunakan tongkat, kruk, kursi roda.
·         Tujuannya: mengembangkan kekuatan, koordinasi, keseimbangan dan belajar menggunakan alat-alat bantu.
2.      Program Therapi Okupasional
Program ini memusatkan pada latihan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) seperti makan, mandi, berpakaian, bersolek dilakukan sendiri.
Kegiatannya: aktivitas-aktivitas ini membutuhkan latihan keluesan dan mrnggunakan alat-alat bantu tujuannya: mengembangkan kemandiriannya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.
3.      Program Rekreasi
Program rekreasi ini dapat juga dalam therapy bermain, dimana penyembuhan melalui permainan yang sesuai dengan kelainannya, dan program rekreasi ini  sebagai sarana maupun sasaran perubahan tingkah laku yang sifatnya menyembuhkan.
·         Kegiatannya: permainan yang dilakukan dalam ruangan maupun diluar ruangan, berdarmawisata, permainan kelompok, menyanyi dan camping.
·           Tujuannya: sosialisasi dan mengembangkan pengalaman perilaku.
4.      Program Vokasional
·         Kegiatannya: program pra-vokasional dalam keterampilan dasar, evaluasi vokasional terhadap dunia kerja, shalterd workshop, penempatan intrensif dalam perusahaan dankegiatan lain yang menunjang untuk mendapatkan penghasilan setelah selesai menjalankan program rehabilitasi.
·         Tujuannya: mempersiapkan penyandang cacat untuk mencapaipenampilan diri yang bermanfaat, atau mempersiapkan para penyandang cacat menjadi individu yang produktif, bekerja di shelterd workshop atau dimasyarakat.
5.      Program Bicara dan Pendengaran
·         Kegiatannya: evaluasi mekanisme bicara, pola bicara, kemamouan berbahasa, tes audiometer untuk mengetahui ketajaman pendengaran, referral untuk alat bantu dengar, terapi bicara, latihan dalam komunikasi non verbal, mengembangkan kemampuan komunikasi verbal, latihan pendengaran.
·         Tujuan : treatmen gangguan bicara dan pendengaran dan mengembangkan keterampilan komunikasi.
6.      Program Psikologis
·         Kegiatannya:
®    Evaluasi tingkatan kecerdasan, perkembangan kepribadian dan attitude-attitude umum. 
®    Assessment kemampuan latihan dan kemampuan pendidikan.
®    Konseling dan therapy jangka pendek untuk problem-problem emosi.
®    Identifikasi kesulitan belajar, partisipasi dalam perencanaan pendidikan, program sosial dan vokasional.
®    Bimbingan dan penyuluhan kepada orang tua.
·           Tujuannya: menentukan kemampuan dan kebutuhan individual, memberikan konseling dan psikotherapi.
7.      Program Pelayanan Sosial
¨      Kegiatannya:
®    Aplikasi pendekatan case-work untuk mengetahui lingkup keluarga, interpersonal relationship antara kedua org tua.
®    Interview berkala dengan orang tuauntuk mngetahui dan mendapatkan kerja sama dalam membantu dan mengetahui kebutuhan klien.
®    Diskusi kelompok antara orang tua untuk mendapatkan saling pengertian, menurunkan pikiran dan saling bantu membantu dalam menghadapi masalah.
®    Merencanakan penggunaan sumber dari masyarakat (misalnya dari lembaga sosial lain, bantuan pemerintah dan penempatan tinggal).
·           Tujuannya: mendorong partisipasi orang tua dan membantu mengatasi problem pribadi maupun problem sosial.
8.      Program Pendidikan dan Latihan
¨      Kegiatannya: penyelenggaraan sekolah mulai TK sampai tingkat lanjutan, sampai program kasiapan sekolah, kelas-kelas pendidikan khusus. Bagi yang sudah menginjak masa remaja diberikan pelajaran berumah tangga, pendidikan seks.
¨       Tujuannya: mengembangkan keterampilan intelektual, sosial dan mengurus diri sendiri dan remedial bagi yang kesulitan belajar.
9.      Program Orientasi dan Mobilitas
¨      Kegiatannya: melatih indra-indra mengembangkan kemampuan orientasi lingkungan disekitarnya dengan menggunakan indera-indera yang masih berfungsi.
Melatih gerak, berpindah tempat berjalan dengan tongkat maupun sendiri.
®    Tujuannya: mengembangkan keterampilan orientasi dan mobilitas agar dapat bepergian, berjalan dengan aman dan lancer, mengadakan hubungan sosial dengan baik.

Program Rehabilitasi untuk Berbagai Jenis Kelainan
Paling tidak ada lima jenis anak atau individu yang mengalami kelainan, dimana setiap jenis mempunyai ciri dan karakteristik sendiri. Sudah tentu rehabilitasi yang diberikan disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan anak atau individu tersebut, seperti misalnya:
a.      Tunanetra
1.      Mendapat laporan fisik dan mata
2.      Biasanya rehabilitasi counselor datang kerumah untuk melatih keterampilan melakukan kegiatan sehari-hari (Activity of Daily Living)
3.      Rehabilitasi bagi tunanetra biasanya termasuk belajar disuatu tempat latihan kerja, melatih keterampilan komunikasi, belajar berjalan dengan tongkat, melatih indra-indra pendengaran.
4.      Mengembangkan gambaran diri (self image, body image), melatih cara poster yang baik.
5.      Membantu penyandang tunanetra untuk berhubungan dengan orang lain, menempatkan diri bagaimana menghadapi sikap yang merendah, dan selalu ingin menolong.
6.      Member bimbingan kepada keluarga, dimana keluarga harus belajar kapan anak perlu dibantu dan kapan membiarkan anak melakukan kegiatannya sendiri.
7.      Program yang diberikan biasanya: orientasi dan mobilitas, rekreasi, vokasional, psikologis, pelayanan sosial, pendidikandan latihan dan okupasional.
b.      Tunarungu Wicara
Tunarungu wicara masalah utamanya adalah dalam perkembangan bicaranya, kemampuan dan berbahasa dan kesulitan dalam keterampilan komunikasi baik verbal maupun non verbal.
Biasanya dimulai dengan evaluasi alat bicara, kemampuan bicara dan kemampuan mendengar.
Program rehabilitasi yang diberikan biasanya adalah program bicara dan pendengaran, program rekreasi, program vokasional, program psikologis. Program pelayanan sosial dan program program pelayanan dan latihan.
c.       Tunagrahita
Tingkat kecerdasal dibawah normal, serta hambatan dan perkembangan sosial.
Program rehabilitasi yang diberikan biasanya: program okupasional, program rekreasi, program rehabilitasi fisik bagi yang berat, program bicara karena sering disertai dengan gangguan bicara, program pelayanan sosial, program psikologis, program vokasional yang didalamnya termasuk shalterd workshop.
d.      Tunadaksa
Anak yang mempunyai tunadaksa ini ada dua jenis yaitu
·         Celebral Palsy (CP)
1.      Disebabkan karena jaringan otak
2.      Tidak ada pengendalian otot dan gerak
3.      Ada gangguan pengindraan dan kecerdasan
Program rehailitasi yang diberikan harus memenuhi seluruh aspek. Celebral palsy merupakan gangguan kompleks karena itu rehabilitasi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak
·         Poliomyelitis
Disebabkan oleh virus pada neorosis system
Treatment dan rehabilitasi
®    Evaluasi dari gangguan-gangguan fisik yang disebabkan oleh virus
®     Latihan otot melalui physioteraphi
®     Belajar mengggunakan alat-alat bantu
Program rehabilitasi yang diberikan berupa program fisik, maupun terapi okupasional, program rekreasi, program vokasional, program psikologis, program pelayanan sosial dan program pendidikan dan latihan.
e.       Tunalaras
Berbeda dengan kelainan fisik dan mental, tunalaras adalah penyandang kelainan tingkah laku, yang disebabkan emosi dan perkembangan sosial yang terhambat. Dimulai dengan evaluasi psikologis (emosi,sosial,dan kecerdasan). Adapun program rehabilitasi yang diberikan adalah: psikologis, internalisasi nilai, re-adjustmen, modifikasi perilaku, program rekreasi, program vokasionalda program pelayanan sosial.

2.5   PELAKSANA REHABILITASI ABK

Kegiatan rehabilitasi dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak dan berbagai tempat. Para petugas rehabilitasi itu dapat dari bagian ilat, juga dapat dari bagian non ilat.
Agar dapat mengetahui serba sedikit perihal tugas-tugas dalam rehabilitasi, berikut ini akan dibahas para petugas yang tergabung dalam tim rehabilitasi di suatu sekolah serta pembagian tugasnya.
Tiap-tiap satuan pendidikan PLB, sudah tentu yang menjadi anggota tim rehabilitasi jumlah dan kualifikasinya  disesuaikan dengan kebu-tuhan anak/peserta didik dan kemampuan sekolah yang bersangkutan.

1.      Tenaga Rehabilitasi
Ahli rehabilitasi pada satuan PLB, paling tidak terdiri dari 4 bidang keahlian, berdasarkan aspek yang perlu memperoleh pelayanan rehabilitasi.
a.       Aspek Medis
1)      Dokter spesialis, seperti dokter spesialis rehabilitasi, ortopedi, THT, Mesta, jiwa dan spesialis anak.            Tugas utamanya adalah memeriksa, menegakkan diagnoses dan menentukan garis besar program rehabilitasi medis untuk dilaksanakan oleh pelaksana rehabilitasi.
2)      Para medis, terdiri dari:
a)      Fisioterapis
Mempunyai keahlian dalam memanfaatkan tenaga fisik dalam pengobatan, melaksa­nakan program sesuai dengan yang telah ditentukan oleh tim rehabilitasi. Sebelum dilaksanakan program perlu diteliti lebih dahulu baik bentuk maupun Cara pelaksanaannya (assesmen). Target utamanya adalah melatih mobilisasi.
b)      Okupasional terapis
Mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi gangguan fungsi tangan serta memberikan latihan pengembaliannya sesuai dengan program yang telah ditentukan oleh tim rehabilitasi. Sebelum dilaksanakan program perlu diteliti lebih dahulu baik bentuk maupun cara      pelaksanannya (assesmen). Target utamanya adalah melatih mobilisasi.
c)      Protetis dan ortotis
Mempunyai keahlian sebagai tehnisi dalam mengukur, membuat dan mengepas komponen tubuh palsu (protesa) atau alai penunjang (ortosa) baqian tubuh yang lumpuh, lemah, sakit, sesuai program keputusan tim.
d)     Terapis bicara
Mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi serta melatih gangguan komu­nikasi (speech problem).

e)      Perawat rehabilitasi
Mempunyai keahlian selain perawatan umum, juga perawatan khusus problem rehabi­litasi seperti mencegah komplikasi istirahat lama.
f)       Ahli optical
Mempunyai keahlian dalam mengadakan pengukuran tajam penglihatan, dan memilih alat bantu melihat.
g)      Ahli audiologi
Mempunyai keahlian dalam mengadakan pengukuran tajafn pendengaran, dan memilih alat bantu mendengar.

b.      Aspek psikologi
Tenaga ahli rehabilitasi di bidang psikologi adalah seorang psikolog, yang mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental psikologis akibat cacat untuk meningkatkan motivasi, berusaha mengatasi kecacatan serta akibatnya.
c.       Aspek Sosial
Seorang pekerja ilato memiliki peranan dalam mengevaluasi dan membantu memecahkan masalah­ – masalah ilato yang berhubungan dengan keberadaan kecacatan.
d.      Aspek vokasional
Seorang ahli rehabilitasi harus mampu mengarahkan kegiatan rehabilitasi itu menuju berbagai bentuk kegiatan yang bersifat    ketrampi-
lan / kecakapan kerja, yang nantinya akan berguna dalam hidup /kehidupan anak di masa datang. Anak didik diharapkan akan memperoleh keahlian / kecakapan dalam suatu bentuk pekeriaan tertentu yang akan dapat dijadikan modal / pegangan dalam hidupnya.

2.      Guru
Buku pedoman rehabilitasi ini memang diperuntukkan bagi para guru di satuan pendidikan luar biasa dan orangtua yang diharapkan juga dapat menangani kegiatan rehabilitasi.
Dalam hal ini guru pendidikan luar biasa berfungsi sebagai asisten ahli rehabilitasi, karena sebelum sebagai guru telah       dibekali berbagai disi-plin ilmu yang berhubungan dengan   kegiatan rehabilitasi. Tugas utama guru dalam hal ini adalah:
a.       Melakukan assesmen dalam rangka pengumpulan data anak berkelainan yang ada di sekolahnya, baik yang berhubungan dengan aspek fisik, psikhis dan ilato dan ketrampilan. Terutama assesmen untuk memperoleh data kemampuan dan ketidakmampuan anak. Data yang dapat dikumpulkan oleh guru antara lain :
1)      Identitas anak
2)      Keadaan fisik dan kesehatan umum
3)      Kemampuan/kecekatan fisik ( ADL)
4)      Kesehatan gigi (umum)
5)      Aspek psikologis (kecuali tes IQ)
6)      Aspek psikhiatris
7)      Aspek ilato anak
8)      Aspek Agama dan budi pekerti
9)      Aspek ketrampilan.
b.      Mengadakan pencatatan yang berhubungan dengan kecacatannya, termasuk perkembangan kemampuan, dan ketidaktinampuannya.
c.       Melaksanakan bentuk-bentuk kegiatan rehabilitasi, yang sebenarnya melaksanakan proses belajar mengajar, yang disesuaikan dengan batas-batas tertentu yang dipedomankan oleh bagian ilat, ilato psikolgis dan ketrampilan serta ilator belakangi oleh pengetahuan, pengalaman dan tujuan rehabilitasi secara keseluruhan.
d.      Melakukan pembinaan kepada orangtua untuk membantu melakukan rehabilitasi dan pengawasan terhadap aktivitas anak keseharian di lingkungan keluarga.
e.       Melakukan perujukan anak untuk  memperoleh pelayanan rehabilitasi sesuai dengan kebutuhan.
3.      Orang Tua
Di samping kedua petugas rehabilitasi di atas, tidak kalah pentingnya peranan orangtua dan masyarakat. Para orangtua anak berkelainan banyak berperan dalam tugas-tugas rehabilitasi. Pada hakekatnya, banyak macam dan bentuk serta corak kegiatan rehabilitasi yang erat hubungannya dengan kegiatan sehari-hari (bagi anak sendiri, dalam kebersamaannya dengan keluarga dan dengan lingkungannya).
Dengan demikian, kedudukan dan peranan prang tua dalam hubungannya dengan kegiatan rehabilitasi sangat penting. Orang tua dan masyarakat pada umumnya diharapkan berperan serta dalam kegiatan pelayanan rehabilitasi, terutama pads saat anak tinggal di rumah.
Sebagaimana persyaratan bagi para petugas rehabilitasi lainnya, orangtua dan masyarakat juga perlu dibekali ilmu dan cara melaksanakan rehabilitasi, terutama yang berkaitan dengan   kegiatan praktis keseharian anak di rumah.
Bekal ilmu dan Cara melaksanakan rehabilitasi itu dapat dilakukan oleh ahli rehabilitasi dan guru terutama dalam hal:
a.       Cara memberikan rehabilitasi anak di rumah sesuai dengan jenis kecacatan anak.
b.      Cara mengatasi kesulitan yang timbal dalam pelaksanaan rehabilitasi di rumah.
c.       Untuk memecahkan masalah secara bersama, perlu diadakan konsultasi dan dialog antara guru dengan orangtua anak.
Antara tenaga rehabilitasi, guru dan orangtua, perlu bekerjasama secara baik dalam rangka kelancaran pelaksanaan kegiatan rehabilitasi, yang pada gilirannya akan mengantarkan anak menjadi mampu mengikuti pendidikan dengan baik di sekolah dan mampu melaksanakan fungsi social secara wajar di lingkungan masyarakat.













BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Bahwasannya rehabilitasi sangat dibutuhkan oleh anak berkebutuhan khusus agar mereka mampu mengoptimalkan diri sehingga mampu untuk mengembangkkan dirinya terlebih untuk kemandiriaannya atau untuk mengurus diri. Jika mampu lebih jauh mereka juga dapat prestasi melalui pengenbangan yang diberikan kepada mereka melalaui orang yang berperan dalam pelaksanaan rehabilitasi tersebut. Peran mereka yang sangat mendukung anak berkebutuhan khusus untuk lebih baik lagi dari keadaaan semula.


















DAFTAR PUSTAKA

rian-plbuns2012.blogspot.com/2012/10.diakses_minggu_26april2015_pukul.05.30
alimaq.blogspot.com/2012/04/terapiabkhtlm.diakses_sabtu_25april2015_pukul.13.00
riande.bllogspot.com/2013/11/anakberkebutuhankhusus.diakses_minggu_26april2015_pukul.05.00





































Kata pengantar

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan yang maha esa atas berkat yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. rehabilitsi adalah suatu upaya yang dilakukan dalam menangani anak berkebutuhan khusus agar mereka mamapu untuk mengoptimalkan diri dalam pembinaan diri. Semoga makalah ini dapat menumbuhkan minat kita unutk semakin berperan dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus dan bermanfaat bagi kami dan para calon guru pendidikan khusus.

Dalam makalah ini segala upaya telah kami lakukan dan kami meyadari banyak kekurangan dalam penyajian dan informasi yang kami berikan sehingga kami juga membutuhkan kritik dan ssaran agar makalah ini semakin berkembang dan berguna bagi kami sebagai calon guru pendidikan khusus.







Bandung, 26 April 2015
Penulis





Kelompok III



daftar isi

 

 



BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Setiap peserta didik berhak mendapatkan perlakuan yang sesuai bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki. Begitu juga pada peserta didik anak berkebutuhan khusus, mereka perlu mendapat layanan pendidikan dan rehabilitasi yang dibantu pihak Medik, Sosial, Pendidikan dan keterampilan yang terkoordinasi dalam upaya melatih kemampuan fungsionalnya setinggi mungkin.
Upaya untuk mendapatkan kemampuan-kemampuan yang dimaksud disebut rehabilitasi. Guru Pendidikan Luar Biasa yang professional tidak hanya dituntut dapat mengajar anak berkebutuhan khusus tetapi juga harus dapat melaksanakan program- program rehabilitasi.

1.2  Rumusan masalah

1.      Apa ,tujuan dan fungsi  rehabilitasi itu?
2.      Apa saja jenis-jenis dari rehabilitasi itu?
3.      Apa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi?
4.       Program apa saja yang ada didalam pelaksanaan rehabilitasi
5.      Siapa saja yang turut serta dalam pelaksanaan rehabilitasi

1.3  Tujuan

Dengan adanya makalah ini diharapkan kita, mahasiswa PLB pada khususnya dan seluruh guru pendidikan luar biasa pada umumnya dapat mengetahui pengertian rehabilitasi, jenis-jenis rehabilitasi, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi, program-program rehabilitasi, dan tenaga-tenaga yang ikut turut serta dalam pelaksaan rehabilitasi. Dan pada akhirnya dapat benar-benar menjadi guru yang professional yang mampu mencetak anak berkebutuhan khusus menjadi pribadi yang mandiri dan bermanfaat.

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  REHABILITASI

a. Pengertian rehabilitasi
Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat agar mereka cakap berbuat untuk memiliki seopyimal mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi. Rehabilitasi didefinisikan sebagai “satu program holistik dan terpadu atas intervensi-intervensi medis, fisik, psikososial, dan vokasional yang memberdayakan seorang (individu penyandang cacat) untuk meraih pencapaian pribadi kebermaknaan sosial, dan interaksi efektif yang fungsional dengan dunia. ( Banja, 1990:615 )
Menurut Soewito dalam (Sri Widati, 1984:5) menyatakan bahwa :
                Rehabilitasi penderita cacat merupakan segala daya upaya, baik dalam bidang kesehatan, sosial, kejiwaan, pendidikan, ekonomi, maupun bidang lain yang dikoordinir menjadi continous process ,dan yang bertujuan untuk memulihkan tenaga penderita cacat baik jasmaniah maupun rohaniah, untuk menduduki kembali tempat di masyarakat sebagai anggota penuh yang swasembada, produktif yang berguna bagi masyarakat dan negara.
Sifat kegiatan yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi adalah berupa bantuan, dengan pengertian setiap usaha rehabilitasi harus selalu berorientasi kepada pemberian kesempatan kepada peserta didik yang dibantu untuk mencoba melakukan dan memecahkan sendiri masalah-masalah yang disandangnya.
Arah tujuan rehabilitasi adalah refungsionalisasi dan pengembangan. Refungsionalisasi dimaksudkan bahwa rehabilitasi lebih diarahkan pada pengembalian fungsi dari peserta didik, sedangkan pengembangan diarahkan untuk menggali atau menemukan dan memanfaatkan kemampuan siswa yang masih ada serta potensi yang dimiliki untuk memenuhi fungsi diri dan fungsi sosial dimana ia berada.
b. Tujuan rehabilitasi
Dalam undang-undang Nomor 4 tahun 1997 dijelaskan bahwa rehabilitasi diarahkan untuk memfungsikan kembali dan mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai dengan bakat,kemampuan, pendidikan dan pengalaman. Tujuan utama rehabilitasi adalah membantu mencapai kemandirian optimal secara fisik, mental, sosial, vokasional dan ekonomi sesuai dengan kemampuannya. Jadi tujuan rehabilitasi adalah terwujudnya anak atau peserta didik berkelainan yang berguna.
Aspek berguna dapat mencakup self realization, human relationship, economic efficiency, dan civic responsibility. Artinya melalui kegiatan-kegiatan rehabilitasi peserta didik cacat diharapkan
a.       Dapat menyadari kelainannya dan dapat menguasai diri sedemikian rupa, sehingga tidak menggantungkan diri pada orang lain (self realization).
b.      Dapat bergaul dan bekerjasama dengan orang lain dalam kelompok, tahu akan perannya, dan dapat menyesuaikan diri dengan perannya di lingkungannya (human relationship).
c.       Mempunyai kemampuan dan keterampilan ekonomis produktif tertentu yang dapat menjamin kehidupannya kelak dibidang ekonomi (economic efficiency).
d.      Memiliki tanggungjawab dan mampu berpartisipasi terhadap lingkungan masyarakat (civic responsibility).
c. Fungsi rehabilitasi
Pada umumnya, rehabilitasi yang diberikan pada peserta didik berkelainan berfungsi untuk pencegahan, penyembuhan atau pemulihan dan pemeliharaan.
Fungsi pencegahan ,melalui program dan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi peserta didik dapat menghindari hal-hal yang dapat menambah kecacatan yang lebih berat/lebih parah. Misalnya melalui terapi ,penyebaran kecacatan dapat dicegah dan dibatasi.
Fungsi penyembuhan/pemulihan, melalui kegiatan rehabilitasi peserta didik dapat sembuh dari sakit, organ tubuh yang semula tidak kuat menjadi kuat, yang tadinya tidak berfungsi menjadi berfungsi, dsb. Dengan demikian fungsi penyembuhan dapat berarti pemulihan atau pengembalian atau penyegaran kembali.
Fungsi pemeliharaan/penjagaan, bagi peserta didik yang pernah memperoleh layanan rehabilitasi tertentu diharapkan kondisi medik, sosial, dan keterampilan organ gerak/keterampilan vokasional tertentu yang sudah dimiliki dapat tetap terpelihara/tetap terjadi melalui kegiatan-kegiatan rehabilitasi yang dilakukan.
Ditinjau dari bidang pelayanan, rehabilitasi memiliki fungsi medik, sosial dan keterampilan :
Fungsi medik, kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi medik memiliki fungsi untuk mencegah penyakit, menyembukan dan meningkatkan serta memelihara status kesehatan individu/peserta didik.
Fungsi sosial, peserta didik yang cacat pada umumnya memiliki masalah sosial, baik yang bersifat primer (misalnya : rendah diri, isolasi diri, dsb). Melalui upaya rehabilitasi dapat berfungsi memupuk kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
Fungsi keterampilan, melalui kegiatan rehabilitasi peserta didik akan memiliki dasar-dasar keterampilan kerja yang akan menjadi fondasi dalam memilih dan menekuni keterampilan profesi

2.2 JENIS-JENIS REHABILITASI

Rehabilitasi terdiri dari tiga jenis dimana satu sama lainnya berkaitan erat dalam menangani  suatu kasus
1.    Rehabilitasi Medis ( Medical Rehabilition )
     menurut M. Minn ( Ahmad Tohamuslim 1985:3 ) Rehabilitasi medis adalah lapangan specialisasi ilmu kedokteran baru, berhubungan dengan penanganan secara menyeluruh dari pasien yang mengalami gangguan fungsi/cedera, kehilangan fungsi/disability, yang berasal dari susunan otot-tulang, susunan otot syaraf, susunan jantung dan paru-paru, serta gangguan mental, sosial dan kekaryaan yang menyertai kelainan tersebut.
Tujuan rehabilitasi medis( Ahmad tohamuslim 1985:7 )Mempunyai tujuan yaitu:
·         Jangka pendek
Pasien segera keluar dari tempat tidur dapat berjalan tanpa atau dengan alat paling tidak mampu memelihara diri sendiri.
·         Jangka panjang
Pasien dapat hidup kembali ditengah masyarakat, paling tidak mampu memelihara diri sendiri, ideal dan dapat dan kembali kepada kegiyatan kehidupan semula paling tidak mendekatinya.
2.    Rehabilitasi Karya ( Vocational Rehabilitation )
          Organisasi perburuhan internasional rokamdasi nomor 99 tahun 1955 tentang rehabilitasi vocasional untuk penyandang cacat ( Depneker 1981:14 ), memberikan definisi sebagai berikut:
Istilah rehabilitasi vokasional berarti bagian dari suatu proses rehabilitasi secara berkesinambungan dan terkoordinasikan yang  menyangkut pengadaan pelayanan pelayanan dibidang jabatan seperti bimbingan jabatan, latihan kerja, penempatan yang selectif, adalah diadakan guna memungkinkan para penderita kebutuhan memperoleh kepastian dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Dari definisi tersebut maka kegiatan dalam rehabilitasi vocasional meliputi:
®    Pertama Kegiatan evaluasi, baik medis, personal, sosial maupun vocasional, dengan melalui berbagai teknik dan oleh para ahli yang berwewenang, dan menggunakan data dari berbagai sumber yang ada.
®     Kedua bimbingan vocasional, ialah membantu individu untuk mengenal dirinya, memahami dirinya, memahami dirinya dan menerima dirinya agar dapat menemukan atau memiliki pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keadaan yang sebenarnya.
Adapun pelayanan-pelayanan yang dapat diberikan dalam bimbingan-bimbingan  rehabilitasi vocasional seperti:
o   Bimbingan dan Konseling yang merupakan proses kontinu selama program keseluruhan diberikan.
o      Pelayanan pemulihan, pemugaran, fisik, mental, psikologis, dan emosional.
o     Pelayanan membaca, pelayanan oreintasi dan mobilitasi bagi tunanetra dan banyak lagi pelayanana n yang dapat diberikan dalam kegiatan bimbingan rehabilitasi vocasional ini.
o   Pelayanan kepada keluarga, karena hal ini perlu untuk pencapaian penyesuaian terhadap rehabilitasi  yang diberikan kepada penderita atau kelien
o   Pelayanan pemulihan, pemugara, fisik, mental, psikologis, dan emosional
o    Pelayanan penterjemah. interpreter untuk tunarungu
o   Sebelum latihan kerja ataupun memberikan bekal ketrampilan tenaga rehabilitasi, intruktur, bersama-sama dengan klien dan juga orangtua, wali, atau keluarga lain menyesuaikan program rehabilitasi atas tujuan vokasional.
®    Ketiga latihan kerja setelah dilakukan evaluasi dan pemberian informasi melalui bimbingan tentang dirinya dan lapangan pekerjaan yang sesuai untuknya.
®     Keempat penempatan kerja dan follow up setelah mendapat latihan kerja dan individu sudah memiliki ketrampilan bekerja, maka individu dibantu untuk mendapatkan tempat untuk bekerja baik sebagai karyawan pemerintah maupun sebagai karyawan perusahaan/swasta, Atau kembalikemasyarakat dengan berusahasendiri.
3.    Rehabilitasi Sosial ( Social Rehabilitation )
          Rehabilitasi Sosial merupakan bagian dari proses rehabilitasi penderita hambatan yang berusaha untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi semaksimal mungkin pengaruh negatif yang disebabkan kehambatannya, sehingga penderita dapat aktif dalam kehidupan dimasyarakat.
Tujuan rehabilitasi sosial adalah segala upaya untuk:
o   Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaarn serta tanggung jawab terhaap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan sosialnya.
o   Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
Untuk tercapainya tujuan tersebut, maka kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
·         Pencegahan
     Mencegah timbulnya masalah sosial penyandang cacat, baik masalah itu datang dari penyandang cacat itu sendiri, maupun masalah yang datang dari lingkungannya
·         Tahap rehabilitasi
Rehabilitasi diberikan melalui bimbingan sosial dan pembinaan mental, bimbingan ketrampilan.
·         Resosialisasi
Resosialisasi ini bertujuan untuk menyiapkan penyandang cacat agar mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat
·         Pembinaan tidak lanjut
Pembinaan tindak lanjut ini diberikan agar keberhasilan klien dalam proses rehabilitasi dan telah disalurkan dapat lebih dimantapkan, dari pembinaan tidak lanjut ini npula diketahui apakah klien dapat menyesuaikan diri dan dapat diterima di masyarakat.

2.3 PRINSIP - PRINSIP DASAR KEGIATAN REHABILITASI

Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak berkebutuhan khusus, diantaranya:
1.      Ditinjau dari tujuan rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah agar mereka mampu mengikuti pendidikan dengan baik, atau agar mereka mampu melaksanakan fungsi sosial secara     wajar dalam kehidu-pan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan rehabilitasi          tersebut, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi adalah:
a.      Prinsip menyeluruh
      Kegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyelu­ruh atau lengkap, baik pada aspek fisik, psikhis, sosial maupun ketrampilan (total care concept rehabilitation). Seorang anak yang mengalami amputasi, sedini mungkin ditangani bidang rehabilitasi medic tidak           terbatas ke-pada mempercepat penyembuhan luka-penguatan ptot, tetapi juga pembuatan kaki palsu, mempersiapkan mental agar yang bersangkutan menerima alat tersebut, melatih ketrampilan            sesuai dengan kemampuan yang ada, dsb.
b.     Prinsip pelayanan segera atau pelayanan dini
      Pelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini atau segera setelah diketahui kebutuhan rehabilitasi yang diperlukan masing-masing anak.
c.       Prinsip prioritas
     Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa sakit dapat mengganggu setiap aktivitas anak, maka kegiatan rehabilitasi medik bagi anak yang memerlukan, perlu didahulukan/mendahului kegiatan rehabilitasi yang lain. pada kasus-kasus tertentu yang memerlukan pelayanan segera, perlu memperoleh prioritas dalam rehabilitasi.
d.      Kegiatan berpusat pada anak
   Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan,          lebih banyak memberikan kesempatan kepada anak/peserta didik            untuk mencoba sendiri, memecahkan masalahnya sendiri serta melakukan latihan sendiri, sudah tentu setelah mereka memperoleh penjelasan secukupnya dari provider.
e.       Prinsip konsisten
   Setiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program yang telah disiapkan sebelumnya, dan dievaluasi  setiap kemajuan yang dicapai anak/peserta didik secara konsisten.
f.       Prinsip efektivitas dan penghargaan
  Memberikan pujian dan penghargaan atas keber­hasilan dan kemajuan kemampuan anak/peserta didik.
g.      Prinsip pentahapan.
   Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari kegiatan yang minimal (kecil, sederhana, mudah) sampai pada yang maksimal (luas, besar, sukar), baik yang berhubungan dengan bentuk, sifat maupun hasil yang diharapkan.
h.      Prinsip kesinambungan, berulang&terus menerus.
   Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal perlu dilakukan berkesinambungan, berulang-ulang, terus menerus. Jadi tidak berhenti sebelum terlihat hasilnya yang lebih baik, menjadi bertambah meningkat kemampuannya, menjadi berkurang kesulitan dan hambatannya, dsb.
i.        Prinsip terintegrasi
   Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan kegiatan proses belajar mengajar dalam suatu bidang studi tertentu, misalnya ketrampilan, olahraga, PMP, agama, kesenian, dsb.
2.      Ditinjau dari jenis dan macam kelainan 
a.       Orientasi pada pengembalian fungsi
  Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan berorien­tasi pada pengembalian fungsi. Setiap anak berkelainan memiliki dampak primer tertentu sesuai dengan jenis kecacatannya. Dampak primer tersebut sedapat mungkin dikembalikan fungsinya, dan jika tidak mungkin dialihkan pada fungsi organ tubuh yang lain/ketrampilan tertentu yang dapat menggantikan fungsi organ yang berkelainan. Misalnya: tunanetra, dampak primer tidak dapat melihat,    kegiatan rehabilitasi di bidang pendidikan dengan tulisan braille, peragaan dengan bendy yang dapat diraba, dsb. Anak tunadaksa jenis folio, dampak primer ambulasi terbatas, kegiatan rehabilitasi melatih penggunaan kursi roda, kruk, brace, dsb.
b.      Pinsip individualisasi
  Kegiatan rehabilitasi berorientasi pada ketidakmampuan dan kemampuan setiap anak/peserta didik. Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi diperlukan pendekatan individual.
c.       Orientasi pada jenis kecacatan dan kasus
   Ada kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara kelompok berdasarkan atas jenis kecacatan, macam kasus, tingkat kelas, kelompok usia, dsb. MisaInya: semua anak tunanetra memerlukan latihan orientasi dan mobilitas, semua anak tunarungu me­merlukan latihan komunikasi, semua anak tuna grahita dan tunadaksa memerlukan latihan ADL, dsb
3.      Ditinjau dari kemampuan pelaksana ( provider )
a.       Prinsip kerja tim
    Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang masing-masing bekerja sesuai dengan profesi dan kemampuannya. Kerjasama yang baik entar anggota tim rehabilitasi akan sangat menentukan keberhasilan program rehabilitasi.
b.      Prinsip kerja atas dasar profesi.
     Tidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi yang sama, itulah sebabnya bekerja atas dasar profesi akan lebih mampu mengurangi resiko kesalahan, di samping itu juga akan memperbesar efektivitas kerja. Sebelum kegiatan rehabilitasi dimulai, terlebih dahulu difahami batas-batas kewenangan masing-masing dan disusun pembagian togas secara tertulis atas dasar kesepakatan pihak-pihak yang tergabung dalam tim rehabiliasi yang ada di sekolah masing-masing.
  Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan tim rehabilitasi secara periodik perlu ditempuh di setup sekolah, demi kelancaran kegiatan rehabilitasi dan menghindari kesalahan dalam memberikan pelayanan rehabilitasi yang dapat menimbulkan parahnya permasalahan atau kecacatan yang disandang oleh anak/peserta didik yang memperoleh pelayanan.
Seluruh program rehabilitasi berada di bawah tanggung jawab ketua tim yang dibantu oleh tiga ahli di bidang medik, social psikologis dan ketrampilan. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh beberapa pelaksana rehabilitasi sesuai dengan kemamputan dan kewenangannya.
     Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para guru dan petugas rehabilitasi lainnya, agar anak segera terpecahkan perma­salahannya. Dalam hal ini perlu disertai administrasi seperlunya (buku rujukan).
4.      Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasi
a.      Prinsip integritas
  Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan secara ber-saina-sama, kecuali rehabi­litasi ketrampilan sebaiknya dilakukan setelah anak/peserta didik selesai mengikuti rehabilitasi medik dan sosial. Misalnya anak tunanetra untuk mengikuti latihan ketrampilan massage, sebaiknya setelah menguasai orientasi mobilitas, tidak sakit, dan setelah memiliki motivasi untuk bekerja bidang keahlian massage.
    Prinsip ini juga menggariskan bahwa pelaksanaan rehabilitasi juga dapat dilakukan bersama-sama saat penyafnpaian materi bidang studi tertentu di sekolah.
b.      Prinsip keluwesan tempat dan waktu
    Tempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan dimana saja dan kapan raja, terkecuali pada kasus-kasus tertentu. Misalnya operasi ortopedi harus dilakukan di rumah sakit.
c.       Prinsip kesederhanaan
      Sarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah didapat, murah harganya dan disesuaikan dengan kemampuan lembaga/sekolah, kecuali pada kasuss-kasus tertentu, seperti alat bantu untuk mendengar, alat bantu untuk melihat, prothese, dsb.
d.  Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakat 
    Artinya kegiatan rehabilitasi perlu menyertaka orangtua atau pembina asrama atau masyarakat, baik dalam melakukan pelatihan, pengawasan dan pembinaan anak, mengingat jumlah waktu anak kesehariannya lebih banyak di rumah atau diasrama.

2.4  PROGRAM-PROGRAM REHABILITASI

Program rehabilitasi disusun atau dibuat berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam suatu rehabilitasi. Dalam menyusun program yang tak boleh dilupakan adalah mengikut sertakan klien dan kluarga klien. Karena klien lah yang akan menjalankan rehabilitasi dank lien lah yang akan mengambil manfaat dari program rehabilitasi yang disusun dan direncanakan tersebut. Sehingga rehabilitasi yang bersifat pencegahan, pengembangan, dan perubahan-perubahan sosial yang terarah dan terencana dengan sasaran utama adalah potensi dan sumber-sumber kesejahteraan sosial serta keluarga dan lingkungan sosial.
Pada dasarnya program rehabilitasi adalah semua proses dalam kegiatan rehabilitasi yang saling berkaitan mulai dari kegiatan administrasi, ketenagaan, proses rehabilitasi dan penyaluran, kesemuanya diarahkan kepada untuk membantu klien dalam usaha mencapai kesejahteraan baik lahiriah maupun rohaniah yang setinggi-tingginya.
Program rehabilitasi itu sendiri antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Program Therapi Fisik
·         Kegiatannya:
a.  evaluasi kemampuan gerak seperti duduk merangkak, berdiri, berjalan menggerakkan anggota tubuh.
b. latihan : reedukasi motorik, berjalan, menggunakan alat-alat bantu seperti    menggunakan tongkat, kruk, kursi roda.
·         Tujuannya: mengembangkan kekuatan, koordinasi, keseimbangan dan belajar menggunakan alat-alat bantu.
2.      Program Therapi Okupasional
Program ini memusatkan pada latihan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) seperti makan, mandi, berpakaian, bersolek dilakukan sendiri.
Kegiatannya: aktivitas-aktivitas ini membutuhkan latihan keluesan dan mrnggunakan alat-alat bantu tujuannya: mengembangkan kemandiriannya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.
3.      Program Rekreasi
Program rekreasi ini dapat juga dalam therapy bermain, dimana penyembuhan melalui permainan yang sesuai dengan kelainannya, dan program rekreasi ini  sebagai sarana maupun sasaran perubahan tingkah laku yang sifatnya menyembuhkan.
·         Kegiatannya: permainan yang dilakukan dalam ruangan maupun diluar ruangan, berdarmawisata, permainan kelompok, menyanyi dan camping.
·           Tujuannya: sosialisasi dan mengembangkan pengalaman perilaku.
4.      Program Vokasional
·         Kegiatannya: program pra-vokasional dalam keterampilan dasar, evaluasi vokasional terhadap dunia kerja, shalterd workshop, penempatan intrensif dalam perusahaan dankegiatan lain yang menunjang untuk mendapatkan penghasilan setelah selesai menjalankan program rehabilitasi.
·         Tujuannya: mempersiapkan penyandang cacat untuk mencapaipenampilan diri yang bermanfaat, atau mempersiapkan para penyandang cacat menjadi individu yang produktif, bekerja di shelterd workshop atau dimasyarakat.
5.      Program Bicara dan Pendengaran
·         Kegiatannya: evaluasi mekanisme bicara, pola bicara, kemamouan berbahasa, tes audiometer untuk mengetahui ketajaman pendengaran, referral untuk alat bantu dengar, terapi bicara, latihan dalam komunikasi non verbal, mengembangkan kemampuan komunikasi verbal, latihan pendengaran.
·         Tujuan : treatmen gangguan bicara dan pendengaran dan mengembangkan keterampilan komunikasi.
6.      Program Psikologis
·         Kegiatannya:
®    Evaluasi tingkatan kecerdasan, perkembangan kepribadian dan attitude-attitude umum. 
®    Assessment kemampuan latihan dan kemampuan pendidikan.
®    Konseling dan therapy jangka pendek untuk problem-problem emosi.
®    Identifikasi kesulitan belajar, partisipasi dalam perencanaan pendidikan, program sosial dan vokasional.
®    Bimbingan dan penyuluhan kepada orang tua.
·           Tujuannya: menentukan kemampuan dan kebutuhan individual, memberikan konseling dan psikotherapi.
7.      Program Pelayanan Sosial
¨      Kegiatannya:
®    Aplikasi pendekatan case-work untuk mengetahui lingkup keluarga, interpersonal relationship antara kedua org tua.
®    Interview berkala dengan orang tuauntuk mngetahui dan mendapatkan kerja sama dalam membantu dan mengetahui kebutuhan klien.
®    Diskusi kelompok antara orang tua untuk mendapatkan saling pengertian, menurunkan pikiran dan saling bantu membantu dalam menghadapi masalah.
®    Merencanakan penggunaan sumber dari masyarakat (misalnya dari lembaga sosial lain, bantuan pemerintah dan penempatan tinggal).
·           Tujuannya: mendorong partisipasi orang tua dan membantu mengatasi problem pribadi maupun problem sosial.
8.      Program Pendidikan dan Latihan
¨      Kegiatannya: penyelenggaraan sekolah mulai TK sampai tingkat lanjutan, sampai program kasiapan sekolah, kelas-kelas pendidikan khusus. Bagi yang sudah menginjak masa remaja diberikan pelajaran berumah tangga, pendidikan seks.
¨       Tujuannya: mengembangkan keterampilan intelektual, sosial dan mengurus diri sendiri dan remedial bagi yang kesulitan belajar.
9.      Program Orientasi dan Mobilitas
¨      Kegiatannya: melatih indra-indra mengembangkan kemampuan orientasi lingkungan disekitarnya dengan menggunakan indera-indera yang masih berfungsi.
Melatih gerak, berpindah tempat berjalan dengan tongkat maupun sendiri.
®    Tujuannya: mengembangkan keterampilan orientasi dan mobilitas agar dapat bepergian, berjalan dengan aman dan lancer, mengadakan hubungan sosial dengan baik.

Program Rehabilitasi untuk Berbagai Jenis Kelainan
Paling tidak ada lima jenis anak atau individu yang mengalami kelainan, dimana setiap jenis mempunyai ciri dan karakteristik sendiri. Sudah tentu rehabilitasi yang diberikan disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan anak atau individu tersebut, seperti misalnya:
a.      Tunanetra
1.      Mendapat laporan fisik dan mata
2.      Biasanya rehabilitasi counselor datang kerumah untuk melatih keterampilan melakukan kegiatan sehari-hari (Activity of Daily Living)
3.      Rehabilitasi bagi tunanetra biasanya termasuk belajar disuatu tempat latihan kerja, melatih keterampilan komunikasi, belajar berjalan dengan tongkat, melatih indra-indra pendengaran.
4.      Mengembangkan gambaran diri (self image, body image), melatih cara poster yang baik.
5.      Membantu penyandang tunanetra untuk berhubungan dengan orang lain, menempatkan diri bagaimana menghadapi sikap yang merendah, dan selalu ingin menolong.
6.      Member bimbingan kepada keluarga, dimana keluarga harus belajar kapan anak perlu dibantu dan kapan membiarkan anak melakukan kegiatannya sendiri.
7.      Program yang diberikan biasanya: orientasi dan mobilitas, rekreasi, vokasional, psikologis, pelayanan sosial, pendidikandan latihan dan okupasional.
b.      Tunarungu Wicara
Tunarungu wicara masalah utamanya adalah dalam perkembangan bicaranya, kemampuan dan berbahasa dan kesulitan dalam keterampilan komunikasi baik verbal maupun non verbal.
Biasanya dimulai dengan evaluasi alat bicara, kemampuan bicara dan kemampuan mendengar.
Program rehabilitasi yang diberikan biasanya adalah program bicara dan pendengaran, program rekreasi, program vokasional, program psikologis. Program pelayanan sosial dan program program pelayanan dan latihan.
c.       Tunagrahita
Tingkat kecerdasal dibawah normal, serta hambatan dan perkembangan sosial.
Program rehabilitasi yang diberikan biasanya: program okupasional, program rekreasi, program rehabilitasi fisik bagi yang berat, program bicara karena sering disertai dengan gangguan bicara, program pelayanan sosial, program psikologis, program vokasional yang didalamnya termasuk shalterd workshop.
d.      Tunadaksa
Anak yang mempunyai tunadaksa ini ada dua jenis yaitu
·         Celebral Palsy (CP)
1.      Disebabkan karena jaringan otak
2.      Tidak ada pengendalian otot dan gerak
3.      Ada gangguan pengindraan dan kecerdasan
Program rehailitasi yang diberikan harus memenuhi seluruh aspek. Celebral palsy merupakan gangguan kompleks karena itu rehabilitasi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak
·         Poliomyelitis
Disebabkan oleh virus pada neorosis system
Treatment dan rehabilitasi
®    Evaluasi dari gangguan-gangguan fisik yang disebabkan oleh virus
®     Latihan otot melalui physioteraphi
®     Belajar mengggunakan alat-alat bantu
Program rehabilitasi yang diberikan berupa program fisik, maupun terapi okupasional, program rekreasi, program vokasional, program psikologis, program pelayanan sosial dan program pendidikan dan latihan.
e.       Tunalaras
Berbeda dengan kelainan fisik dan mental, tunalaras adalah penyandang kelainan tingkah laku, yang disebabkan emosi dan perkembangan sosial yang terhambat. Dimulai dengan evaluasi psikologis (emosi,sosial,dan kecerdasan). Adapun program rehabilitasi yang diberikan adalah: psikologis, internalisasi nilai, re-adjustmen, modifikasi perilaku, program rekreasi, program vokasionalda program pelayanan sosial.

2.5   PELAKSANA REHABILITASI ABK

Kegiatan rehabilitasi dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak dan berbagai tempat. Para petugas rehabilitasi itu dapat dari bagian ilat, juga dapat dari bagian non ilat.
Agar dapat mengetahui serba sedikit perihal tugas-tugas dalam rehabilitasi, berikut ini akan dibahas para petugas yang tergabung dalam tim rehabilitasi di suatu sekolah serta pembagian tugasnya.
Tiap-tiap satuan pendidikan PLB, sudah tentu yang menjadi anggota tim rehabilitasi jumlah dan kualifikasinya  disesuaikan dengan kebu-tuhan anak/peserta didik dan kemampuan sekolah yang bersangkutan.

1.      Tenaga Rehabilitasi
Ahli rehabilitasi pada satuan PLB, paling tidak terdiri dari 4 bidang keahlian, berdasarkan aspek yang perlu memperoleh pelayanan rehabilitasi.
a.       Aspek Medis
1)      Dokter spesialis, seperti dokter spesialis rehabilitasi, ortopedi, THT, Mesta, jiwa dan spesialis anak.            Tugas utamanya adalah memeriksa, menegakkan diagnoses dan menentukan garis besar program rehabilitasi medis untuk dilaksanakan oleh pelaksana rehabilitasi.
2)      Para medis, terdiri dari:
a)      Fisioterapis
Mempunyai keahlian dalam memanfaatkan tenaga fisik dalam pengobatan, melaksa­nakan program sesuai dengan yang telah ditentukan oleh tim rehabilitasi. Sebelum dilaksanakan program perlu diteliti lebih dahulu baik bentuk maupun Cara pelaksanaannya (assesmen). Target utamanya adalah melatih mobilisasi.
b)      Okupasional terapis
Mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi gangguan fungsi tangan serta memberikan latihan pengembaliannya sesuai dengan program yang telah ditentukan oleh tim rehabilitasi. Sebelum dilaksanakan program perlu diteliti lebih dahulu baik bentuk maupun cara      pelaksanannya (assesmen). Target utamanya adalah melatih mobilisasi.
c)      Protetis dan ortotis
Mempunyai keahlian sebagai tehnisi dalam mengukur, membuat dan mengepas komponen tubuh palsu (protesa) atau alai penunjang (ortosa) baqian tubuh yang lumpuh, lemah, sakit, sesuai program keputusan tim.
d)     Terapis bicara
Mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi serta melatih gangguan komu­nikasi (speech problem).

e)      Perawat rehabilitasi
Mempunyai keahlian selain perawatan umum, juga perawatan khusus problem rehabi­litasi seperti mencegah komplikasi istirahat lama.
f)       Ahli optical
Mempunyai keahlian dalam mengadakan pengukuran tajam penglihatan, dan memilih alat bantu melihat.
g)      Ahli audiologi
Mempunyai keahlian dalam mengadakan pengukuran tajafn pendengaran, dan memilih alat bantu mendengar.

b.      Aspek psikologi
Tenaga ahli rehabilitasi di bidang psikologi adalah seorang psikolog, yang mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental psikologis akibat cacat untuk meningkatkan motivasi, berusaha mengatasi kecacatan serta akibatnya.
c.       Aspek Sosial
Seorang pekerja ilato memiliki peranan dalam mengevaluasi dan membantu memecahkan masalah­ – masalah ilato yang berhubungan dengan keberadaan kecacatan.
d.      Aspek vokasional
Seorang ahli rehabilitasi harus mampu mengarahkan kegiatan rehabilitasi itu menuju berbagai bentuk kegiatan yang bersifat    ketrampi-
lan / kecakapan kerja, yang nantinya akan berguna dalam hidup /kehidupan anak di masa datang. Anak didik diharapkan akan memperoleh keahlian / kecakapan dalam suatu bentuk pekeriaan tertentu yang akan dapat dijadikan modal / pegangan dalam hidupnya.

2.      Guru
Buku pedoman rehabilitasi ini memang diperuntukkan bagi para guru di satuan pendidikan luar biasa dan orangtua yang diharapkan juga dapat menangani kegiatan rehabilitasi.
Dalam hal ini guru pendidikan luar biasa berfungsi sebagai asisten ahli rehabilitasi, karena sebelum sebagai guru telah       dibekali berbagai disi-plin ilmu yang berhubungan dengan   kegiatan rehabilitasi. Tugas utama guru dalam hal ini adalah:
a.       Melakukan assesmen dalam rangka pengumpulan data anak berkelainan yang ada di sekolahnya, baik yang berhubungan dengan aspek fisik, psikhis dan ilato dan ketrampilan. Terutama assesmen untuk memperoleh data kemampuan dan ketidakmampuan anak. Data yang dapat dikumpulkan oleh guru antara lain :
1)      Identitas anak
2)      Keadaan fisik dan kesehatan umum
3)      Kemampuan/kecekatan fisik ( ADL)
4)      Kesehatan gigi (umum)
5)      Aspek psikologis (kecuali tes IQ)
6)      Aspek psikhiatris
7)      Aspek ilato anak
8)      Aspek Agama dan budi pekerti
9)      Aspek ketrampilan.
b.      Mengadakan pencatatan yang berhubungan dengan kecacatannya, termasuk perkembangan kemampuan, dan ketidaktinampuannya.
c.       Melaksanakan bentuk-bentuk kegiatan rehabilitasi, yang sebenarnya melaksanakan proses belajar mengajar, yang disesuaikan dengan batas-batas tertentu yang dipedomankan oleh bagian ilat, ilato psikolgis dan ketrampilan serta ilator belakangi oleh pengetahuan, pengalaman dan tujuan rehabilitasi secara keseluruhan.
d.      Melakukan pembinaan kepada orangtua untuk membantu melakukan rehabilitasi dan pengawasan terhadap aktivitas anak keseharian di lingkungan keluarga.
e.       Melakukan perujukan anak untuk  memperoleh pelayanan rehabilitasi sesuai dengan kebutuhan.
3.      Orang Tua
Di samping kedua petugas rehabilitasi di atas, tidak kalah pentingnya peranan orangtua dan masyarakat. Para orangtua anak berkelainan banyak berperan dalam tugas-tugas rehabilitasi. Pada hakekatnya, banyak macam dan bentuk serta corak kegiatan rehabilitasi yang erat hubungannya dengan kegiatan sehari-hari (bagi anak sendiri, dalam kebersamaannya dengan keluarga dan dengan lingkungannya).
Dengan demikian, kedudukan dan peranan prang tua dalam hubungannya dengan kegiatan rehabilitasi sangat penting. Orang tua dan masyarakat pada umumnya diharapkan berperan serta dalam kegiatan pelayanan rehabilitasi, terutama pads saat anak tinggal di rumah.
Sebagaimana persyaratan bagi para petugas rehabilitasi lainnya, orangtua dan masyarakat juga perlu dibekali ilmu dan cara melaksanakan rehabilitasi, terutama yang berkaitan dengan   kegiatan praktis keseharian anak di rumah.
Bekal ilmu dan Cara melaksanakan rehabilitasi itu dapat dilakukan oleh ahli rehabilitasi dan guru terutama dalam hal:
a.       Cara memberikan rehabilitasi anak di rumah sesuai dengan jenis kecacatan anak.
b.      Cara mengatasi kesulitan yang timbal dalam pelaksanaan rehabilitasi di rumah.
c.       Untuk memecahkan masalah secara bersama, perlu diadakan konsultasi dan dialog antara guru dengan orangtua anak.
Antara tenaga rehabilitasi, guru dan orangtua, perlu bekerjasama secara baik dalam rangka kelancaran pelaksanaan kegiatan rehabilitasi, yang pada gilirannya akan mengantarkan anak menjadi mampu mengikuti pendidikan dengan baik di sekolah dan mampu melaksanakan fungsi social secara wajar di lingkungan masyarakat.













BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Bahwasannya rehabilitasi sangat dibutuhkan oleh anak berkebutuhan khusus agar mereka mampu mengoptimalkan diri sehingga mampu untuk mengembangkkan dirinya terlebih untuk kemandiriaannya atau untuk mengurus diri. Jika mampu lebih jauh mereka juga dapat prestasi melalui pengenbangan yang diberikan kepada mereka melalaui orang yang berperan dalam pelaksanaan rehabilitasi tersebut. Peran mereka yang sangat mendukung anak berkebutuhan khusus untuk lebih baik lagi dari keadaaan semula.


















DAFTAR PUSTAKA

rian-plbuns2012.blogspot.com/2012/10.diakses_minggu_26april2015_pukul.05.30
alimaq.blogspot.com/2012/04/terapiabkhtlm.diakses_sabtu_25april2015_pukul.13.00
riande.bllogspot.com/2013/11/anakberkebutuhankhusus.diakses_minggu_26april2015_pukul.05.00




































Tidak ada komentar:

Posting Komentar